Setelah melihat hasil karya mahasiswa yang tidak memuaskan, seorang  dosen yang terkenal killer dengan muka garang berkata pada mahasiswanya  di ruang kelas.
"Siapapun yang merasa idiot di ruang kelas ini  berdiri!" ucapnya.
Suasana kelas mencekam, semua mahasiswa diam duduk  tertunduk.
Sang dosen mondar mandir melihat wajah mahasiswanya  satu-persatu.
Setelah sekian lama suasana hening, satu mahasiswa  nekat menunjuk tangan dan bertanya.
"Pak, apakah bapak merasa idiot?"  tanyanya
"Tentu saja tidak, saya ini dosen dan titel saya doktor!"  jawab sang dosen.
"Lalu, kenapa hanya bapak sendiri yang berdiri di  ruang kelas ini?"
Grrr...
Humor dan hikmah
Kita sering  mendengar pepatah "senjata makan tuan" atau seringkali bumerang menjadi  perumpamaan contohnya. Kita lempar senjata tersebut, jika tidak terampil  maka kita justru menjadi korbannya.
Sadarkah, seringkali kita  jadi korban kata-kata atau perilaku sendiri?
Kadang orang tua bisa  termakan omongannya sendiri.
"Gimana sih kamu, kerjanya main aja. Isi  waktu dengan yang bermanfaat, jangan buang waktu" kata seorang ibu pada  anaknya.
"Tapi ibu juga sering ngabisin waktu untuk gosip dan nonton  sinetron" jawab anaknya.
Nah lho.
"Kalian harus tepat waktu  masuk ke kantor." kata seorang bos yang sering terlambat.
Walaupun  tidak ada yang protes, tapi wibawa sang bos sudah merosot.
"Kamu  jangan pacaran, konsentrasi belajar aja!"
"Dulu Bapak Ibu pacaran  nggak?"
"Iya, tapi kan kita sekarang sadar itu tidak baik"
"Kalu  gitu aku juga nanti insyaf kok, kalau seumuran Bapak/Ibu!"
Hmm, ini  yang error siapa ya?
"Belum bisa cari duit, jangan merokok!" kata  Bapak.
"Kalo sudah bisa cari duit sendiri boleh ngerokok dong, ya!"  jawab anak
"Dasar anak kurang ajar!" Kata orang tua
"Berarti  yang tidak bisa mengajar siapa?" jawab anak
Banyak contoh  lainnya.
Kadang ada respon langsung yang kita terima, tapi dalam  banyak kasus, apalagi kalau posisi kita superior, bawahan tidak berani  mengkritik.
Jadi yang paling tepat adalah, kita evaluasi diri  atas perkataan dan perilaku kita agar tidak menjadi bumerang di masa  kini atau di masa depan.
